A. Latar Belakang Masalah
Rumah adalah lingkungan pertama dimana lingkungan-lingkungan terkecil tumbuh: inilah lingkungan yang di situ kecenderungan, sikap dan kepribadian anak-anak dibentuk (Muhammad Ali al-Hasyimi, 2003:130). Seluruh gerak-gerik, tutur kata, sikap kebiasaan orang tua dan seluruh proses interaksi antar anggota keluarga adalah lahan subur pembinaan kepribadian anak agar menjadi pribadi yang utuh, apakah sebagai ‘si fulan’ ataukah sebagai ‘si Achmad’.
Tujuan esensial pendidikan umum adalah mengupayakan subjek didik menjadi pribadi yang utuh dan terintegrasi (Moh. Shocib, 1998:1). Untuk mencapai tujuan itu, maka tugas dan tanggung jawab keluarga (orang tua) adalah menciptakan situasi dan kondisi yang dapat dimengerti, dipahami dan bisa diterapkan oleh anak-anak. Adapun Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang (1991:313) memaparkan bahwa tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik.
Anak adalah peniru yang ulung, dimana sering terlihat di antara mereka berlaga sebagai Naruto, Power Rangers atau apa pun yang diidolakannya. Hal itu merupakan potensi yang bisa dimaksimalkan orang tua dengan melakukan proses modelling ‘percontohan’ dan pembiasaan yang didasarkan pada nilai dan norma. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pendekatan, metode, model atau cara yang tepat dalam penerapannya.
Agar menjadi orang tua yang efektif, Laurence Steinberg (2005:102) mengatakan:
Anda harus memahami pemikiran seseorang yang seusia dengan anak Anda. Anda harus memahami cara dia berpikir, apa yang dia rasakan, dan apa yang dia alami pada masa perkembangannya ini karena kemungkinan besar pikirannya, perasaannya, dan kecemasannya telah berubah- bahkan mungkin dalam enam bulan terakhir.
Berdasarkan pernyataan Steinberg di atas, penulis bermaksud untuk mengkaji disiplin belajar di rumah yang diterapkan orang tua siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga. Disiplin belajar di rumah yang diterapkan orang tua perlu diteliti pengaruh dan efektivitasnya bagi perkembangan anak. Hal ini terkait dengan keselarasan penerapan disiplin belajar dengan cara berpikir anak, perasaan anak dan hal-hal yang dihadapi anak.
Menurut hemat penulis, siswa SMP adalah remaja yang memasuki masa pubertas, salah satu ciri yang menonjol dari remaja yang mempengaruhi relasinya dengan orang tua adalah perjuangan untuk memperoleh otonomi, baik secara fisik dan psikologis (Desmita, 2007:217). Seiring dengan terjadinya perubahan kognitif pada masa remaja, perbedaan ide-ide yang dihadapi sering mendorongnya untuk melakukan pemeriksaan terhadap nilai-nilai dan pelajaran-pelajaran yang didapatkan dari orang tua.
Anak adalah pelajar yang dididik oleh guru di sekolah sekaligus berkedudukan sebagai subjek didik orang tua di rumah. Masa anak menuju remaja membuat orang tua perhatian terhadap penyalahgunaan kebebasan yang ada. Rokok, game, obat-obat terlarang, pergaulan bebas, bahaya teman sebaya dilihat sebagai ancaman bagi perkembangan pendidikan anak, sehingga orang tua mulai menerapkan batasan.
Ketika kebebasan diambil dan mulai banyak dikendalikan orang tua, perasaan dikekang dan dibatasi muncul hingga mendorong mereka untuk melawan dan menentang. Adapun orang tua yang cemas dengan ancaman-ancaman luar mungkin banyak menghukum dan makin mempersempit batas, sehingga pada batas tertentu bisa mengakibatkan pemberontakan yang lebih besar.
Praktek yang sama juga nampak dalam pendidikan formal di sekolah. Terhitung sejak diberlakukannya Ujian Nasional (UN) sebagai syarat kelulusan sekolah, spontan orang tua merubah kebiasaan-kebiasaan yang selama ini berlangsung. Rutinitas belajar yang dijalani di sekolah dan belajar kelompok ditambah dengan belajar tambahan di lembaga-lembaga pendidikan seperti PRIMAGAMA, NEUTRON dan les atau privat.
Ada juga orang tua yang merespon positif adanya UN. Bagi mereka UN adalah alat yang bisa memacu motivasi anak untuk belajar lebih giat lagi, jadi bukan “momok” yang harus ditakuti. Orang tua semacam ini cenderung mendukung dari belakang dengan memberi fasilitas belajar yang bisa mendukung kesuksesan anaknya. Jadi, faktor intern seperti membangun motivasi lebih dimaksimalkan untuk menciptakan kesadaran diri anak akan kebutuhan dan tunggung jawabnya.
Tidak menampik kemungkinan pula di antara orang tua siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah yang tidak responsif terhadap perihal pendidikan anaknya. Mungkin karena kesibukan kerja, karena minimnya pendidikan dan pemahamannya, atau juga karena kesempatan dan kemampuan yang terbatas.
Deskripsi-deskripsi di atas adalah gambaran umum kepribadian orang tua. Pendisiplinan belajar anak terkait dengan pola asuh dan pola kepemimpinan orang tua, karena disiplin adalah bagian kecil metode yang mendukung kesuksesan berumah tangga.
Disiplin belajar anak yang diterapkan orang tua di rumah adalah usaha yang baik. Akan tetapi usaha itu perlu mendapat perhatian, karena suatu metode tidak akan efektif bila tidak tepat penerapannya. Seperti harapan orang tua ’’anakku harus menjadi juara kelas tahun ini” adalah harapan yang sangat mulia, akan tetapi bila harapan itu dipaksakan dengan menerapkan disiplin ketat, tanpa memperhatikan dampak psikologis “anak dan remaja”, maka bisa menimbulkan problematika di kelak hari. Steinberg (2005:103) mengatakan, “Anda tidak tengah berperang yang tujuannya adalah bertahan sambil memaksa anak untuk menyesuaikan diri dengan harapan Anda. Percayalah, jika Anda mengasuh dengan cara ini maka Anda akan membuat diri Anda dan anak sengsara”.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan bahwa anak adalah subjek didik yang dididik agar menjadi insan kamil (Achmadi, 1992:20) ‘manusia seutuhnya’. Sedangkan orang tua sebagai fasilitator yang menyediakan alat seperti penerapan disiplin belajar, disiplin beribadah dan disiplin diri yang tujuannya adalah memudahkan anak mencapai kesempurnaan diri. Prestasi belajar merupakan harapan orang tua yang selaras dengan proses penyempurnaan, secara teoretis metode pendisiplinan belajar yang diterapkan orang tua akan berdampak pada prestasi belajar anaknya. Oleh karena itu penulis menjadikan pendisiplian belajar yang diterapkan orang tua sebagai tolok ukur keberhasilannya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa di sekolah.
Pendisiplinan belajar dalam penulisan ini berarti disiplin belajar yang diterapkan orang tua dalam rangka menciptakan suasana belajar anak yang lebih efektif dan efisien. Dengan membiasakan cara hidup berdisiplin dalam belajar, seorang anak akan memahami disiplin sebagai norma yang wajib dilaksanakan. Adapun aspek-aspek pendisiplinan belajar di rumah adalah pengawasan orang tua, pendisiplinan waktu belajar dan manajemen waktu.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi tentang : Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Sistematika penulisan
BAB II. KERANGKA TEORI
Berisi tentang : Landasan teoretis, Kerangka berpikir, Hipotesis
BAB III. METODE PENELITIAN
Berisi : Operasionalisasi variabel, Populasi dan sampel penelitian, Lokasi dan waktu penelitian, Teknik pengumpulan data, Instrumen pengukuran, Teknik analisis data.
BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN
Berisi tentang : Gambaran umum karakteristik subjek penelitian, Validitas dan reliabilitas, Deskripsi hasil penelitian, Pengujian hipotesis, Pembahasan hasil uji hipotesis dan temuan-temuan lain dari penelitian.
BAB V. PENUTUP
Berisikan : Kesimpulan dan saran
Credit :
Copyright © 2010 - ACHMAD ROFIKI : "Studi Korelasi Antara Pendisiplinan Belajar di Rumah dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SM Muhammadiyah Kota Salatiga Tahun Ajaran 2009-2010".
Rumah adalah lingkungan pertama dimana lingkungan-lingkungan terkecil tumbuh: inilah lingkungan yang di situ kecenderungan, sikap dan kepribadian anak-anak dibentuk (Muhammad Ali al-Hasyimi, 2003:130). Seluruh gerak-gerik, tutur kata, sikap kebiasaan orang tua dan seluruh proses interaksi antar anggota keluarga adalah lahan subur pembinaan kepribadian anak agar menjadi pribadi yang utuh, apakah sebagai ‘si fulan’ ataukah sebagai ‘si Achmad’.
Tujuan esensial pendidikan umum adalah mengupayakan subjek didik menjadi pribadi yang utuh dan terintegrasi (Moh. Shocib, 1998:1). Untuk mencapai tujuan itu, maka tugas dan tanggung jawab keluarga (orang tua) adalah menciptakan situasi dan kondisi yang dapat dimengerti, dipahami dan bisa diterapkan oleh anak-anak. Adapun Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang (1991:313) memaparkan bahwa tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik.
Anak adalah peniru yang ulung, dimana sering terlihat di antara mereka berlaga sebagai Naruto, Power Rangers atau apa pun yang diidolakannya. Hal itu merupakan potensi yang bisa dimaksimalkan orang tua dengan melakukan proses modelling ‘percontohan’ dan pembiasaan yang didasarkan pada nilai dan norma. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pendekatan, metode, model atau cara yang tepat dalam penerapannya.
Agar menjadi orang tua yang efektif, Laurence Steinberg (2005:102) mengatakan:
Anda harus memahami pemikiran seseorang yang seusia dengan anak Anda. Anda harus memahami cara dia berpikir, apa yang dia rasakan, dan apa yang dia alami pada masa perkembangannya ini karena kemungkinan besar pikirannya, perasaannya, dan kecemasannya telah berubah- bahkan mungkin dalam enam bulan terakhir.
Berdasarkan pernyataan Steinberg di atas, penulis bermaksud untuk mengkaji disiplin belajar di rumah yang diterapkan orang tua siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Salatiga. Disiplin belajar di rumah yang diterapkan orang tua perlu diteliti pengaruh dan efektivitasnya bagi perkembangan anak. Hal ini terkait dengan keselarasan penerapan disiplin belajar dengan cara berpikir anak, perasaan anak dan hal-hal yang dihadapi anak.
Menurut hemat penulis, siswa SMP adalah remaja yang memasuki masa pubertas, salah satu ciri yang menonjol dari remaja yang mempengaruhi relasinya dengan orang tua adalah perjuangan untuk memperoleh otonomi, baik secara fisik dan psikologis (Desmita, 2007:217). Seiring dengan terjadinya perubahan kognitif pada masa remaja, perbedaan ide-ide yang dihadapi sering mendorongnya untuk melakukan pemeriksaan terhadap nilai-nilai dan pelajaran-pelajaran yang didapatkan dari orang tua.
Anak adalah pelajar yang dididik oleh guru di sekolah sekaligus berkedudukan sebagai subjek didik orang tua di rumah. Masa anak menuju remaja membuat orang tua perhatian terhadap penyalahgunaan kebebasan yang ada. Rokok, game, obat-obat terlarang, pergaulan bebas, bahaya teman sebaya dilihat sebagai ancaman bagi perkembangan pendidikan anak, sehingga orang tua mulai menerapkan batasan.
Ketika kebebasan diambil dan mulai banyak dikendalikan orang tua, perasaan dikekang dan dibatasi muncul hingga mendorong mereka untuk melawan dan menentang. Adapun orang tua yang cemas dengan ancaman-ancaman luar mungkin banyak menghukum dan makin mempersempit batas, sehingga pada batas tertentu bisa mengakibatkan pemberontakan yang lebih besar.
Praktek yang sama juga nampak dalam pendidikan formal di sekolah. Terhitung sejak diberlakukannya Ujian Nasional (UN) sebagai syarat kelulusan sekolah, spontan orang tua merubah kebiasaan-kebiasaan yang selama ini berlangsung. Rutinitas belajar yang dijalani di sekolah dan belajar kelompok ditambah dengan belajar tambahan di lembaga-lembaga pendidikan seperti PRIMAGAMA, NEUTRON dan les atau privat.
Ada juga orang tua yang merespon positif adanya UN. Bagi mereka UN adalah alat yang bisa memacu motivasi anak untuk belajar lebih giat lagi, jadi bukan “momok” yang harus ditakuti. Orang tua semacam ini cenderung mendukung dari belakang dengan memberi fasilitas belajar yang bisa mendukung kesuksesan anaknya. Jadi, faktor intern seperti membangun motivasi lebih dimaksimalkan untuk menciptakan kesadaran diri anak akan kebutuhan dan tunggung jawabnya.
Tidak menampik kemungkinan pula di antara orang tua siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah yang tidak responsif terhadap perihal pendidikan anaknya. Mungkin karena kesibukan kerja, karena minimnya pendidikan dan pemahamannya, atau juga karena kesempatan dan kemampuan yang terbatas.
Deskripsi-deskripsi di atas adalah gambaran umum kepribadian orang tua. Pendisiplinan belajar anak terkait dengan pola asuh dan pola kepemimpinan orang tua, karena disiplin adalah bagian kecil metode yang mendukung kesuksesan berumah tangga.
Disiplin belajar anak yang diterapkan orang tua di rumah adalah usaha yang baik. Akan tetapi usaha itu perlu mendapat perhatian, karena suatu metode tidak akan efektif bila tidak tepat penerapannya. Seperti harapan orang tua ’’anakku harus menjadi juara kelas tahun ini” adalah harapan yang sangat mulia, akan tetapi bila harapan itu dipaksakan dengan menerapkan disiplin ketat, tanpa memperhatikan dampak psikologis “anak dan remaja”, maka bisa menimbulkan problematika di kelak hari. Steinberg (2005:103) mengatakan, “Anda tidak tengah berperang yang tujuannya adalah bertahan sambil memaksa anak untuk menyesuaikan diri dengan harapan Anda. Percayalah, jika Anda mengasuh dengan cara ini maka Anda akan membuat diri Anda dan anak sengsara”.
Berdasarkan uraian di atas, penulis merumuskan bahwa anak adalah subjek didik yang dididik agar menjadi insan kamil (Achmadi, 1992:20) ‘manusia seutuhnya’. Sedangkan orang tua sebagai fasilitator yang menyediakan alat seperti penerapan disiplin belajar, disiplin beribadah dan disiplin diri yang tujuannya adalah memudahkan anak mencapai kesempurnaan diri. Prestasi belajar merupakan harapan orang tua yang selaras dengan proses penyempurnaan, secara teoretis metode pendisiplinan belajar yang diterapkan orang tua akan berdampak pada prestasi belajar anaknya. Oleh karena itu penulis menjadikan pendisiplian belajar yang diterapkan orang tua sebagai tolok ukur keberhasilannya terhadap pencapaian prestasi belajar siswa di sekolah.
Pendisiplinan belajar dalam penulisan ini berarti disiplin belajar yang diterapkan orang tua dalam rangka menciptakan suasana belajar anak yang lebih efektif dan efisien. Dengan membiasakan cara hidup berdisiplin dalam belajar, seorang anak akan memahami disiplin sebagai norma yang wajib dilaksanakan. Adapun aspek-aspek pendisiplinan belajar di rumah adalah pengawasan orang tua, pendisiplinan waktu belajar dan manajemen waktu.
B. Rumusan Masalah
- Bagaimana tingkat pendisiplinan belajar anak di rumah?
- Bagaimana prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Kota Salatiga tahun ajaran 2009-2010?
- Adakah korelasi antara pendisiplinan belajar anak di rumah dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Kota Salatiga 2009-2010?
C. Tujuan Penelitian
- Untuk mendeskripsikan pendisiplinan belajar anak yang diterapkan orang tuanya di rumah.
- Untuk mendeskripsikan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Kota Salatiga 2009-2010.
- Untuk mengetahui korelasi antara pendisiplinan belajar anak di rumah dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah Kota Salatiga 2009-2010.
D. Manfaat Penelitian
- Bagi penulis, semoga dengan penelitian ini dapat menambah wawasan tentang pendisiplinan belajar dan efektivitasnya bagi perkembangan anak pada umumnya.
- Bagi akademik, semoga dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi kemajuan pendidikan dan pembendaharaan pustaka, sekaligus menjadi bahan acuan dalam pembekalan mahasiswa di kampus terkait teori dan prakteknya.
- Bagi pihak sekolah, memberikan deskripsi tentang kepribadian siswa secara komprehensif. Dengan mengetahui psikologis siswa, guru bisa lebih mudah dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Terlebih bagi guru Bimbingan Konseling (BK) dan bagian kesiswaan bisa melakukan pendekatan pribadi terkait dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar karena pengaruh lingkungan rumah tangganya. Secara lebih luas bisa dijadikan upaya kerja sama antara pihak sekolah dan orang tua dalam menyempurnakan pendidikan anak.
- Bagi peneliti lanjutan, sebagai bahan acuan dan tolok ukur sebuah penelitian agar tepat sasaran dan menjadi nilai lebih yang bisa memberi manfaat (kerja sama) antar civitas akademika.
- Bagi orang tua, semoga penelitian ini bisa diambil hikmahnya serta dijadikan tolok ukur terhadap peran yang telah diberikan orang tua dalam menciptakan pendidikan anak yang lebih baik, khususnya pendisiplinan belajar dan prestasi belajarnya.
- Bagi siswa, diharapkan dari penelitian ini siswa bisa mengungkapkan hal-hal yang mereka harapkan serta hal-hal yang menghambat mereka untuk belajar. Dengan demikian, hambatan dan harapan anak bisa tersampaikan kepada pihak-pihak terkait agar bisa melakukan perbaikan untuk kemaslahatan bersama.
E. Sistematika Penulisan
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi tentang : Latar belakang masalah, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Sistematika penulisan
BAB II. KERANGKA TEORI
Berisi tentang : Landasan teoretis, Kerangka berpikir, Hipotesis
BAB III. METODE PENELITIAN
Berisi : Operasionalisasi variabel, Populasi dan sampel penelitian, Lokasi dan waktu penelitian, Teknik pengumpulan data, Instrumen pengukuran, Teknik analisis data.
BAB IV. HASIL dan PEMBAHASAN
Berisi tentang : Gambaran umum karakteristik subjek penelitian, Validitas dan reliabilitas, Deskripsi hasil penelitian, Pengujian hipotesis, Pembahasan hasil uji hipotesis dan temuan-temuan lain dari penelitian.
BAB V. PENUTUP
Berisikan : Kesimpulan dan saran
Credit :
Copyright © 2010 - ACHMAD ROFIKI : "Studi Korelasi Antara Pendisiplinan Belajar di Rumah dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SM Muhammadiyah Kota Salatiga Tahun Ajaran 2009-2010".
Silahkan tuliskan komentar yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
EmoticonEmoticon